14:33

MEGADEATH

terbesar musik Pengaruh Megadeth, dalam hal ini Dave Mustaine, adalah musik punk.

Demikian seperti diakui oleh Dave Mustaine sendiri dalam salah satu wawancaranya. Raungan gitar yang cepat dan kasar dengan balutan dentuman drum dan bass yang menderu- deru disertai timpalan vokal Dave Mustaine yang kasar dan liar (saat itu) dalam Killing Is My Business... membuat kritisi musik menyebut Megadeth sebagai salah satu grup thrash metal yang memiliki potensi (bahkan di era 80-an disebut- sebut sebagai salah satu dari 4 raksasa thrash metal di kawasan Bay Area Amerika, bersama dengan Metallica, Slayer, dan Anthrax).

Ini dibuktikan dengan album Peace Sells.. yang walau thrashy, namun dalam format musik yang lebih rapi. Satu hal yang unik dari formasi dua album pertama ini, gitaris Chris Poland dan drummer Gar Samuelson ternyata bukan murni musisi metal.

Mereka sebenarnya adalah musisi jazz/fusion! Entah apakah konsep musik Megadeth di 2 album tersebut bisa disebut merupakan perpaduan metal dengan fusion. Era awal Megadeth juga ditandai dengan gaya slenge’an mereka untuk bermain-main dengan lagu orang lain.
Ini dibuktikan dengan memporak-porandakan These Boots Are Made For Walking (album Killing Is My Business...) yang sebelumnya dipopulerkan oleh Nancy Sinatra serta I Ain’t Superstitious (album Peace Sells...) yang dipopulerkan oleh Rod Stewart.

Namun justru ketika merekam Anarchy In The U.K. dalam album So Far, So Good. So What!? mereka tampak lebih ‘sopan’. Bukan itu saja, album ini juga terdengar lebih sederhana dalam hal komposisi musik. Bahkan disebut-sebut dengan Megadeth formasi paling lemah. Walau album ini cukup sukses secara komersial (Top 10 best album 1988 versi majalah Kerrang!), namun kualitas produksi album ini banyak yang menyayangkan.

Periode ‘emas’ Megadeth dimulai era Rust In Peace hingga Cryptic Writings yang ditandai dengan bergabungnya dua musisi penuh talenta, Marty Friedman (gitar) dan Nick Menza (drum).
Gaya permainan gitar Marty yang halus mengalir seperti aliran air begitu serasi dipadu dengan gaya permainan gitar Dave Mustaine yang cenderung kasar dan cepat. Duet solo Dave-Marty bisa dinikmati dalam Hangar 18, Poison Was The Cure, maupun Lucretia. Album ini juga merupakan album dengan komposisi lagu-2 yang cepat dan rumit.

Tidaklah heran Rust In Peace disebut-sebut sebagai karya masterpiece Megadeth. Dengan formasi baru penuh talenta ini, tidaklah heran jika musik mereka mengalami evolusi. Countdown To Extinction mengusung musik yang sangat rapi dan cenderung lebih banyak bermain di mid- tempo. Ini tentu memberikan ruang yang luas bagi Marty untuk berekspresi, dan Dave Mustaine pun memberikan porsi yang sangat besar kepada Marty disini.

Evolusi berikutnya bisa dilihat dalam Youthanasia yang terdengar lebih groovy dan crunchy, atau Cryptic Writings yang cenderung song-oriented. Album Risk bisa disebut merupakan album Megadeth yang paling “aneh” dan out of context. Dengan ‘tekanan’ yang sangat besar dari pihak label rekaman dan dibawah ramuan produser yang biasa menangani album-album musik country, album ini bisa dibilang sebagai karya Megadeth yang paling lemah (bahkan dalam konser-2 mereka, lagu-2 era Risk sudah tidak pernah dimainkan lagi).

Ketika terjadi pergantian formasi dengan mundurnya Marty Friedman dan masuknya Al Pitrelli, Megadeth sebenarnya memiliki kesempatan untuk kembali ke akar musik mereka melalui The World Needs A Hero, tapi kondisi kesehatan Dave Mustaine mengharuskan Megadeth untuk vakum “sejenak” hingga dirilisnya The System Has Failed. The System Has Failed ditandai dengan kembalinya Megadeth ke akar musik mereka. Sebagian besar lagu-2 di album ini berirama cepat dan thrashy (please check "My Opinion" section for the album review).

http://angtoria.wapdale.com">

hari:1 | total:819

Counter HTML Code

TANGERANG-INDONESIA
by: Castlevania


Duck hunt